JAKARTA - Empat penerbang TNI Angkatan Udara (TNI AU) tengah mengikuti pelatihan intensif Full Flight Simulator (FFS) di International Training Center (ITC) Airbus, Sevilla, Spanyol.
Program ini menjadi bagian dari langkah strategis TNI AU dalam menyiapkan sumber daya manusia unggul menjelang kedatangan pesawat angkut berat Airbus A-400M ke Indonesia.
Pelatihan tersebut dijadwalkan berlangsung hingga 14 Oktober 2025 dan termasuk ke dalam tahap penting dari Type Rating Course pesawat A-400M.
Tujuannya adalah memastikan para penerbang memiliki kemampuan teknis dan kesiapan mental yang mumpuni sebelum benar-benar mengoperasikan pesawat di lapangan.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau) Marsekal Pertama TNI I Nyoman Suadnyana menyebutkan empat penerbang yang terlibat dalam pelatihan tersebut.
“Keempat penerbang tersebut antara lain Letkol Pnb Putut Satriya, Mayor Pnb Riki Sihaloho, Mayor Pnb Fathir M. Hadid, dan Kapten Pnb Indra Kusuma N,” ujarnya.
Program ini menjadi bukti nyata keseriusan TNI AU dalam menyiapkan personel terbaik untuk menghadapi tantangan operasi udara modern. Selain meningkatkan kemampuan individu, pelatihan juga memperkuat sistem pembinaan karier dan profesionalisme di lingkungan penerbangan militer.
Tahapan Pelatihan Menuju Kompetensi Operasional Lengkap
Fase Full Flight Simulator (FFS) merupakan tahapan lanjutan setelah peserta menyelesaikan Computer-Based Training (CBT) dan Flight Training Devices (FTD). Pada tahap ini, para penerbang mendapatkan pengalaman simulasi yang sangat mendekati kondisi penerbangan sesungguhnya.
Simulator Airbus A-400M dirancang untuk merepresentasikan seluruh aspek penerbangan secara realistis, mulai dari pengoperasian avionik hingga prosedur darurat di udara. Melalui sistem simulasi canggih ini, para penerbang dapat berlatih menghadapi berbagai situasi, baik normal maupun ekstrem.
Marsekal Nyoman menjelaskan bahwa simulator tersebut memberikan gambaran nyata bagi penerbang untuk mengantisipasi risiko operasional.
“Dengan begitu, para penerbang dapat berlatih menghadapi berbagai skenario penerbangan dan kondisi darurat, sebelum nantinya mengoperasikan pesawat sungguhan,” tuturnya.
Setelah menuntaskan fase FFS, para peserta akan melanjutkan pelatihan Mission Planning and Restitution System (MPRS) di ITC Sevilla mulai 17 hingga 23 Oktober 2025. Selanjutnya, mereka akan mengikuti tahap Initial Operation Experience (IOE) di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Kesiapan TNI AU Sambut Pesawat Airbus A-400M
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Tonny Harjono sebelumnya telah menyampaikan bahwa pesawat angkut berat Airbus A-400M dijadwalkan tiba di Indonesia pada November 2025. Pesawat ini nantinya akan ditempatkan di Lanud Halim Perdanakusuma dan beroperasi di bawah Skadron 31.
“Rencana kedatangan pesawat itu kalau tidak ada perubahan di bulan November, kemudian nanti di 2026 selanjutnya. Sementara kami alokasikan di Halim, di bawah Skadron 31,” ujar Tonny.
Pesawat Airbus A-400M dikenal sebagai pesawat multiguna berkemampuan tinggi dengan kapasitas angkut hingga 37 ton. Pesawat ini juga mampu menempuh jarak lebih dari 3.000 kilometer, menjadikannya aset strategis dalam mendukung misi logistik, kemanusiaan, dan pertahanan.
Dengan kemampuan tersebut, Airbus A-400M akan menambah fleksibilitas TNI AU dalam mendistribusikan bantuan, pasukan, dan logistik ke berbagai daerah terpencil. Pesawat ini juga diharapkan memperkuat mobilitas udara nasional dalam situasi darurat, baik militer maupun non-militer.
Penguatan SDM dan Komitmen Profesionalisme TNI AU
Pelatihan di Spanyol menjadi tonggak penting dalam pembentukan penerbang militer berkompetensi global. TNI AU memandang bahwa penguasaan teknologi dan kesiapan operasional harus berjalan beriringan untuk menghadapi perkembangan alutsista yang semakin canggih.
Marsekal Nyoman menegaskan, pelatihan ini adalah bagian dari peningkatan kualitas dan kesiapan personel.
“Pelatihan ini bagian dari upaya TNI AU untuk meningkatkan kompetensi dan kesiapan operasional menjelang kedatangan pesawat angkut berat Airbus A-400M,” ujarnya.
Program pelatihan tersebut juga menunjukkan komitmen TNI AU terhadap prinsip profesionalisme dan keselamatan penerbangan. Dengan penerapan standar pelatihan internasional, diharapkan para penerbang mampu menjalankan setiap misi dengan presisi tinggi.
Selain itu, kerja sama dengan Airbus dan ITC Sevilla membuka peluang transfer pengetahuan dan teknologi yang akan memperkuat kapasitas pelatihan dalam negeri. Langkah ini juga mendukung rencana jangka panjang TNI AU dalam membangun sistem pelatihan terintegrasi berbasis teknologi.
Arah Baru Modernisasi dan Transformasi Kekuatan Udara Nasional
Kehadiran Airbus A-400M akan menjadi bagian dari proses modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) di tubuh TNI AU. Pesawat ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasional udara, terutama dalam mendukung berbagai misi strategis nasional.
TNI AU juga berkomitmen mengoptimalkan pemanfaatan A-400M tidak hanya untuk misi militer, tetapi juga operasi kemanusiaan dan tanggap bencana. Pesawat dengan daya angkut besar ini mampu mengirim bantuan logistik ke wilayah yang sulit dijangkau dalam waktu singkat.
Upaya peningkatan kemampuan penerbang melalui pelatihan di Spanyol merupakan bentuk keseriusan dalam mempersiapkan transformasi kekuatan udara nasional. Program ini menjadi langkah nyata menuju kemandirian dalam pengoperasian alutsista modern di masa depan.
Melalui langkah terencana dan terukur, TNI AU bertekad mewujudkan kekuatan udara profesional, modern, dan adaptif terhadap perkembangan zaman. Pelatihan ini bukan hanya tentang menguasai teknologi penerbangan, tetapi juga tentang menjaga kedaulatan dan kehormatan bangsa di udara.