BGN

BGN Tegaskan MBG Bisa Dorong Ekonomi Lokal dan Lapangan Kerja

BGN Tegaskan MBG Bisa Dorong Ekonomi Lokal dan Lapangan Kerja
BGN Tegaskan MBG Bisa Dorong Ekonomi Lokal dan Lapangan Kerja

JAKARTA - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) ternyata bukan sekadar upaya memperbaiki status gizi anak Indonesia. 

Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Nanik S. Deyang, menekankan bahwa MBG juga mampu menggerakkan ekonomi masyarakat menengah, sekaligus membuka peluang kerja baru yang signifikan. 

Hal ini disampaikannya saat talkshow bertajuk Upaya Meningkatkan Kualitas Bangsa melalui MBG di Antara Heritage Center, Jakarta.

Menurut Nanik, setiap dapur MBG (SPPG) yang aktif melibatkan 50 pekerja, ditambah pemasok bahan pangan lokal sebanyak 10–15 supplier, yang masing-masing mempekerjakan 5–10 orang.

Dengan capaian saat ini, BGN mencatat lebih dari 12.500 dapur MBG telah melayani sekitar 36 juta anak. Jika target nasional tercapai 82,9 hingga 83 juta penerima, MBG diproyeksikan mampu menyerap tenaga kerja sekitar 1,5–1,6 juta orang.

“MBG menciptakan ekonomi yang luar biasa atau membangkitkan ekonomi yang luar biasa, karena setiap satu dapur itu membutuhkan pekerjaan sekitar 50 orang. Lalu kalau satu dapur itu melibatkan 10–15 supplier, di mana satu supplier itu bisa mempekerjakan 5–10 orang,” jelas Nanik.

Capaian Program MBG

Hingga Oktober 2025, program MBG telah menjangkau 36 juta penerima manfaat, atau hampir 40 persen dari target nasional 83 juta anak. Nanik menargetkan capaian ini meningkat hingga 60 persen pada akhir Desember 2025. 

Ia menyebut pencapaian tersebut merupakan hasil kerja keras seluruh pihak, meski tantangan di lapangan masih banyak.

“Memang kami belum sempurna sehingga tidak bisa dinafikan, belakangan memang banyak cerita berita-berita yang kurang mengenakkan atau tidak kita inginkan terhadap anak-anak. Saya tidak bicara jumlah, karena sesuatu yang terjadi pada kesehatan tidak bisa distatistikan. Namun apapun, kami akan berusaha keras agar tidak terjadi lagi hal-hal yang tidak kita inginkan,” katanya.

Nanik menekankan, program MBG adalah bagian dari komitmen pemerintah untuk mencetak generasi emas Indonesia dengan anak-anak yang sehat dan cerdas. 

Program ini tidak hanya membantu anak-anak mendapatkan asupan gizi memadai, tetapi juga memperkuat sektor ekonomi yang terkait dengan dapur MBG.

Penguatan Standar Dapur MBG

Untuk memastikan keamanan dan kualitas pangan, BGN memperketat tata kelola dapur MBG. Berdasarkan evaluasi terakhir, terdapat 112 dapur yang ditutup sementara karena belum memenuhi standar kebersihan, infrastruktur, dan kelayakan alat masak. 

Nanik menambahkan, pengawasan ini penting agar program MBG tidak menimbulkan risiko keracunan bagi penerima manfaat.

“Yang jelas bahwa program ini akan memberikan kepada para penerima manfaat,” ujar Nanik.

Lebih lanjut, hasil laboratorium menunjukkan 72 persen kasus keracunan makanan disebabkan oleh kualitas air yang kurang bagus. 

Sebagai respons, BGN mewajibkan seluruh dapur MBG menggunakan air galon yang difilter dengan ultraviolet (UV) sebelum digunakan. Langkah ini diambil untuk mengurangi risiko gangguan kesehatan akibat kontaminasi air.

“Ternyata kalau dari hasil lab, itu dari 72 persen menurut Depkes itu dari air. Kenapa Bandung Barat mungkin ya, itu karena di sana itu kan pembuangan sampah dari Bandung dan mengumpul di Bandung Barat. Jadi memang lingkungan yang sanitasinya air dan sebagainya itu, makanya kemudian kami wajibkan sekarang harus memakai air galon,” tuturnya.

Dampak Sosial dan Ekonomi MBG

Selain dampak kesehatan, MBG secara nyata memberi efek ekonomi bagi masyarakat lokal. Pemberdayaan tenaga kerja dapur dan pemasok bahan pangan lokal menciptakan multiplier effect yang membantu sektor ekonomi menengah bertumbuh. 

Menurut Nanik, setiap dapur MBG bisa menjadi pusat ekonomi mikro yang mendukung ratusan pekerjaan di sekitarnya.

Selain membuka peluang kerja, MBG juga memperkuat rantai pasok pangan lokal, sehingga meminimalkan ketergantungan pada bahan impor dan memastikan ketersediaan bahan makanan segar bagi anak-anak di seluruh Indonesia.

Target Jangka Panjang

BGN menekankan pentingnya evaluasi berkelanjutan dan pengawasan ketat agar target jangka panjang program MBG dapat tercapai. 

Dengan penerapan standar baru, termasuk penggunaan air galon dan pengaturan kapasitas dapur, BGN yakin angka stunting dapat ditekan dan generasi muda Indonesia mendapatkan asupan gizi yang optimal.

“Ini bagian dari upaya kami mencetak generasi emas Indonesia. Anak-anak sehat, cerdas, dan lingkungan dapur aman, itu yang kami fokuskan,” jelas Nanik.

Inovasi dan Pengawasan

Selain penerapan standar teknis, BGN juga menyiapkan sistem monitoring untuk memastikan kualitas dapur MBG tetap tinggi. 

Dapur MBG kini diwajibkan melaporkan proses memasak dan distribusi, termasuk penggunaan bahan pangan, jumlah penerima manfaat, dan prosedur sanitasi. 

Hal ini diharapkan menekan risiko keracunan dan meningkatkan efektivitas program secara keseluruhan.

Dengan langkah-langkah ini, MBG tidak hanya menjadi program gizi, tetapi juga instrumen strategis yang memberi manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat luas. 

Kombinasi peningkatan gizi anak dan penciptaan lapangan kerja diharapkan dapat mendorong pembangunan manusia berkualitas dan ekonomi yang berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index