JAKARTA - Air yang mengalir dari Danau Poso kini bukan hanya menjadi sumber kehidupan bagi alam, tetapi juga bagi manusia.
Di tengah perbukitan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, air yang menuruni lereng kini diubah menjadi energi listrik bersih yang menggerakkan masa depan.
Di sanalah berdiri Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Poso Energy, simbol harmoni antara teknologi, lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat.
Bagi masyarakat setempat, deru turbin dari bangunan megah di Desa Sulewana bukan sekadar suara mesin. Itu adalah tanda bahwa energi hijau telah menjadi bagian dari kehidupan mereka.
PT Poso Energy, anak perusahaan PT Kalla Group, menjadi pionir dalam memperkuat transisi energi baru terbarukan (EBT) dari jantung Pulau Sulawesi.
Dari Air Mengalir Menjadi Sumber Cahaya
Setiap pagi, ketika kabut masih bergelayut di atas Danau Poso, para pegawai PLTA sudah memulai rutinitasnya. Mereka memastikan seluruh sistem berjalan sempurna agar listrik terus mengalir hingga ke pelosok perkampungan.
Dengan ketelitian tinggi, para teknisi lokal ini menjalankan operasi sesuai standar internasional, memastikan pasokan energi tetap stabil dan efisien.
“Pembangunan PLTA ini merupakan wujud kontribusi kami dalam mempercepat pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia,” ujar Ihsanuddin Usman, Direktur Sumber Daya Manusia PT Bukit Asam yang turut mendukung pengembangan energi bersih nasional.
Kehadiran PLTA Poso menjadi bukti nyata komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi karbon sesuai amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement, di mana negara bertekad menekan emisi gas rumah kaca sebesar 29–41 persen pada tahun 2030.
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan sektor energi dapat menurunkan emisi hingga 398 juta ton CO₂e dengan cara memperluas penggunaan energi terbarukan seperti PLTA Poso, menerapkan efisiensi energi, serta teknologi bersih.
Inovasi Anak Bangsa dari Sungai yang Tak Pernah Lelah
PLTA Poso Energy menggunakan sistem run-of-river, yaitu memanfaatkan aliran air sungai tanpa bendungan besar, sehingga dampaknya terhadap ekosistem sekitar lebih kecil. Air dialirkan melalui pipa bertekanan tinggi yang disebut penstock, kemudian diarahkan ke turbin. Dari sanalah energi kinetik air diubah menjadi energi listrik.
Dengan teknologi ini, PLTA Poso menghasilkan 515 Megawatt (MW) energi listrik, dengan exclusive committed energy mencapai 1.669 Gigawatt hours (GWh) per tahun. Energi sebesar ini mampu menopang aktivitas ribuan rumah tangga, fasilitas publik, hingga industri kecil di kawasan Sulawesi.
PLTA ini merupakan hasil pengembangan dari unit eksisting berkapasitas 3 x 65 MW yang telah beroperasi selama lebih dari satu dekade.
Kemudian, kapasitasnya ditingkatkan melalui PLTA Poso Ekstension Tahap 1 (4 x 30 MW) dan Tahap 2 (4 x 60 MW), menjadikannya salah satu pembangkit terbesar di wilayah timur Indonesia.
Pembangkit ini terhubung dengan transmisi 275 kilovolt (kV) menuju Provinsi Sulawesi Selatan, serta jaringan 150 kV yang mengalir hingga ke Kota Palu. Dengan interkoneksi ini, sistem kelistrikan di Pulau Sulawesi menjadi semakin andal.
Kolaborasi Besar untuk Transisi Energi Nasional
Dalam peresmian proyek tersebut, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menegaskan bahwa keberhasilan pengoperasian PLTA Poso merupakan hasil kolaborasi kuat antara sektor publik dan swasta.
“Dalam mengakselerasi pembangunan energi baru terbarukan, PLN tak bisa sendiri. Kami memerlukan sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak, baik BUMN maupun swasta,” ujarnya.
Kolaborasi ini memperlihatkan bagaimana target net zero emission pada tahun 2060 bukan sekadar wacana, tetapi sudah diterjemahkan dalam langkah nyata di lapangan.
PT Poso Energy yang dirintis sejak 2003 oleh PT Hadji Kalla menggandeng PT Bukaka Hydropower Engineering untuk kajian teknis dan desain proyek. Setelah melalui studi kelayakan dan proses panjang, PT Poso Energy resmi terbentuk pada 31 Mei 2005 sebagai pelaksana proyek PLTA Poso-2.
Pada 2007, perusahaan menandatangani Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL) dengan PLN, dan lima tahun kemudian—tepatnya 2012—PLTA Poso resmi beroperasi dengan kapasitas awal 3 x 65 MW.
Ekspansi terus dilakukan hingga 2017, saat kapasitas total meningkat menjadi 515 MW dan berfungsi sebagai PLTA Peaker, yakni pembangkit yang memasok kebutuhan listrik pada jam beban puncak.
Menjaga Alam, Menjaga Energi
Meski menjadi simbol kemajuan energi hijau, PLTA Poso tidak lepas dari tantangan. Syafri, Kepala Humas PT Poso Energy, mengungkapkan bahwa perubahan iklim global membuat pasokan air kerap tidak menentu.
“Kondisi perubahan iklim menyebabkan ketidakpastian debit air, itu menjadi musuh alami kami. Selain itu, sedimentasi sungai juga sedikit banyak mengurangi kapasitas aliran.” ujarnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, perusahaan secara rutin menjaga Daerah Aliran Sungai (DAS), mengendalikan sedimen, serta melakukan perawatan turbin dan jaringan listrik agar tetap berfungsi optimal. Bahkan, strategi antisipatif dilakukan dengan menabung air saat musim hujan untuk menjaga produksi pada musim kemarau.
“Kami memastikan listrik tetap tersalurkan dengan lancar, terutama pada bulan-bulan kering seperti September dan Oktober,” kata Syafri.
Energi Bersih yang Mengubah Kehidupan
Dampak positif PLTA Poso tidak hanya dirasakan industri dan kota besar, tetapi juga sekolah-sekolah di pedesaan. Seorang guru SD di Desa Panjoka, Pamona Utara, mengaku kini sekolahnya tak lagi harus meminjam genset mahal untuk kegiatan belajar.
“Terima kasih PLTA Poso sudah membantu kami,” tuturnya penuh syukur.
Bagi masyarakat desa, listrik yang stabil bukan hanya kemewahan, tetapi bagian dari harapan baru. Anak-anak bisa belajar pada malam hari, kegiatan ekonomi kecil tumbuh, dan desa yang dulu gelap kini terang setiap malam.
Cahaya dari Sulawesi untuk Indonesia
PLTA Poso bukan hanya pembangkit listrik. Ia adalah simbol bagaimana manusia dapat bersahabat dengan alam tanpa merusak keseimbangannya. Air yang tak pernah berhenti mengalir kini menjadi napas energi bagi ribuan warga.
Dari jantung Sulawesi, cahaya hijau ini menyala, membawa pesan bahwa masa depan energi bersih Indonesia sedang tumbuh kuat setetes demi setetes, dari sungai yang dulu hanya mengalir ke laut, kini mengalirkan harapan.