Pesawat

Kemenhub Siapkan Enam Pusat Perawatan Pesawat di Seluruh Indonesia

Kemenhub Siapkan Enam Pusat Perawatan Pesawat di Seluruh Indonesia
Kemenhub Siapkan Enam Pusat Perawatan Pesawat di Seluruh Indonesia

JAKARTA - Pemerintah terus memperkuat posisi Indonesia dalam industri penerbangan global melalui pengembangan pusat perawatan pesawat terpadu. 

Langkah ini diwujudkan dengan rencana membangun enam kawasan Approved Maintenance Organization (AMO) di wilayah strategis dari barat hingga timur Indonesia.

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan menegaskan, penguatan sektor perawatan pesawat menjadi bagian penting dari upaya meningkatkan daya saing nasional. 

Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Sokhib Al Rokhman menyebut proyek ini akan menjadikan Indonesia lebih mandiri dalam urusan pemeliharaan armada udara.

Pusat perawatan tersebut akan tersebar di Batam, Kertajati, Bandara Budiarto Curug, Makassar, Timika, dan Sentani. Keenam wilayah ini dipilih karena memiliki potensi strategis untuk menopang konektivitas dan distribusi layanan pesawat di seluruh Indonesia.

Sokhib menjelaskan bahwa pembangunan AMO Center menjadi bagian dari grand design Kemenhub untuk mempercepat transformasi industri penerbangan. 

“Kita ingin membangun itu (industri AMO) kurang lebih ada di enam lokasi yang ingin kita bangun,” ujarnya.

Langkah tersebut diharapkan mampu menjawab kebutuhan layanan Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) yang terus meningkat seiring pertumbuhan armada nasional. 

Pemerintah juga menilai inisiatif ini penting untuk menciptakan efisiensi operasional serta mengurangi ketergantungan pada fasilitas perawatan luar negeri.

Meniru Keberhasilan Negara Tetangga di Asia Tenggara

Dalam upaya memperkuat industri perawatan pesawat nasional, Kemenhub mencontoh keberhasilan negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Negara-negara tersebut telah membangun kawasan industri MRO yang modern dan terintegrasi dengan sistem ekonomi nasional.

Sokhib menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk bersaing di level regional berkat posisi geografis yang strategis. Selain itu, kebutuhan perawatan pesawat di dalam negeri yang tinggi menjadi modal penting bagi tumbuhnya bisnis MRO lokal.

“Kawasan AMO Center diharapkan menjadi pusat kegiatan industri perawatan pesawat udara sekelas Seletar di Singapura, Subang Aerospace Park di Malaysia, Don Mueang di Thailand, dan U-Tapao di Vietnam,” tutur Sokhib. 

Dengan konsep tersebut, Indonesia berpeluang menjadi hub perawatan pesawat terbesar di Asia Tenggara.

Pemerintah berencana meniru model pengembangan kawasan seperti Subang Airport di Malaysia yang ditetapkan langsung oleh Perdana Menteri sebagai kawasan ekonomi khusus. 

Langkah serupa akan didorong untuk diterapkan di Kertajati dan Budiarto Curug agar Indonesia memiliki kawasan unggulan yang bersaing secara global.

Dukungan Pemerintah dan Investasi Swasta

Pembangunan kawasan AMO di Batam saat ini sudah mulai berjalan melalui investasi Lion Group lewat anak usahanya, Batam Aero Technic (BAT). 

Ke depan, proyek tersebut diharapkan diikuti oleh Garuda Maintenance Facility (GMF) yang berencana memperluas operasinya di kawasan yang sama.

Sokhib menegaskan, ketersediaan lahan bukan menjadi kendala karena Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi telah memberikan dukungan penuh terhadap percepatan pengembangan MRO di Kertajati dan Budiarto. Pemerintah ingin memastikan proyek ini berjalan cepat dan terarah.

Menariknya, pembangunan AMO Center tidak menggunakan dana APBN, melainkan melalui skema investasi non-anggaran pemerintah. 

“Pembangunan diarahkan sebagai investasi non-APBN dengan kerja sama antara pemerintah dan pelaku industri perawatan pesawat udara nasional maupun internasional,” ungkapnya.

Pemerintah akan menyediakan lahan dan infrastruktur dasar, sementara investor swasta akan membangun fasilitas perawatan melalui kemitraan atau joint venture dengan produsen pesawat global. Model kerja sama ini diharapkan dapat menumbuhkan kepercayaan investor dan memperkuat transfer teknologi.

Kolaborasi Strategis untuk Peningkatan Kapasitas Nasional

Sokhib menjelaskan bahwa kolaborasi dengan perusahaan internasional akan membuka banyak peluang baru. Contohnya, kerja sama Boeing dengan GMF atau Airbus dengan mitra lokal yang dapat memperluas kapasitas dan kompetensi tenaga kerja nasional di bidang MRO.

Ia menegaskan, strategi kemitraan tersebut sudah terbukti sukses di berbagai negara, termasuk Singapura dan Thailand, yang berhasil menjadi pusat layanan perawatan pesawat berstandar global. 

“Bentuk kolaborasi ini akan membuka peluang kerja sama strategis bagi industri kita,” ujarnya.

Kemenhub menargetkan, setiap kawasan AMO dapat menampung berbagai jenis pesawat, mulai dari pesawat penumpang besar hingga pesawat kecil untuk rute pendek. 

Kawasan Timika dan Sentani akan difokuskan untuk mendukung operasional pesawat berukuran kecil seperti Cessna Caravan dan Pilatus, yang banyak digunakan di wilayah timur Indonesia.

Selain memperkuat sektor perawatan, proyek ini juga akan menciptakan lapangan kerja baru di daerah dan meningkatkan kompetensi sumber daya manusia nasional. Dengan demikian, manfaat ekonomi dari pembangunan AMO Center akan dirasakan secara luas.

Mendorong Kemandirian dan Daya Saing Global

Kemenhub menilai, pengembangan enam kawasan bengkel pesawat ini merupakan langkah strategis menuju kemandirian industri penerbangan nasional. 

Dengan fasilitas yang lengkap dan tenaga ahli lokal, Indonesia akan mampu mengurangi ketergantungan terhadap jasa perawatan luar negeri yang selama ini menyerap biaya besar.

“Pusat perawatan pesawat terpadu ini akan menjadi fondasi penting bagi kemandirian dan daya saing industri penerbangan Indonesia,” tegas Sokhib. Ia optimistis, keberadaan AMO Center akan mempercepat proses transformasi menuju industri penerbangan yang efisien, ramah investasi, dan berkelanjutan.

Selain meningkatkan daya saing, kehadiran kawasan AMO juga akan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama di sektor perawatan pesawat regional. 

Dengan dukungan investasi, kemitraan global, serta regulasi yang jelas, Indonesia akan mampu berdiri sejajar dengan negara-negara maju di industri penerbangan.

Proyek ini diharapkan menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah pengembangan infrastruktur penerbangan nasional. Indonesia kini bergerak menuju era baru, di mana industri perawatan pesawat bukan hanya menopang transportasi udara, tetapi juga menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index